Kamis, 25 Maret 2010

Menjadi Berkat Bagi Sesama


Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu.”

Maria saat itu belum bersuami, masih bertunangan dan sudah menjadi tradisi Yahudi, walaupun mereka sudah bertunangan tetapi mereka masih belum boleh bersama-sama meskipun hanya berjalan bersama tidak diperkenankan, apalagi mengandung sebelum menikah, hukumannya saat itu adalah dirajam.
Mari kita merenungkan sejenak, bagaimana perasaan Maria saat itu, apakah Maria tidak takut dengan situasi dan kondisi karena hamil bukan saja belum menikah tetapi bukan dari Yusup tunangannya, apa kata Yusup nanti ?
Tetapi Maria tidak ada perasaan takut sama sekali karena Maria ingin menjadi berkat bagi sesama.

Bagaimana dengan kita ?
Karena kesibukan kita yang cukup tinggi, maka tanpa kita sadari hati kita tidak peka pada kebutuhan sesama. Mungkin diantara kita mudah memberi materi atau sumbangan karena memang kita memiliki, tetapi tidak mudah bagi kita untuk memberikan waktu kita bagi sesama yang membutuhkan.
Sehingga ketika kita diperhadapkan kepada mereka yang membutuhkan pendampingan, bimbingan dengan berbagai cara kita menghindar.
Untuk menjadi berkat bagi sesama dibutuhkan pengorbanan dan kesiapan untuk taat. Kita berkorban karena kita mau taat, kalau berbicara ketaatan kita tidak bicara suka dan tidak suka tetapi kita bicara tentang kaharusan.

Seandainya pada waktu itu Maria menjawab tidak mau, maka karya penyelamatan Allah tidak akan terjadi. Maria percaya apa yang terjadi bukanlah kebetulan tetapi ada rencana Tuhan untuk dia lakukan, walaupun menurut pikiran manusia saat itu tidak masuk akal, tapi Maria berani mengamini dan mengimani untuk menjadi berkat bagi sesama.

Kenapa Maria berani untuk menjadi berkat bagi sesama, apakah Maria berlebihan ? Karena Maria sangat percaya, dengan berbagi berkat maka tidak akan kekurangan (Ams 11:24 – 25). Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar