Minggu, 28 Maret 2010

Menyambut Yesus


Minggu Palma, mengingatkan kita kepada Yesus yang adalah Tuhan dan Raja diatas segala Raja memasuki kota Yerusalem dengan mengendarai keledai dan dalam perjalanan-Nya disambut secara spontan, dielu – elukan oleh orang banyak dengan lambaian daun palma. Tidak ada persiapan yang khusus, tidak ada sterilisasi lokasi yang akan dilalui oleh Dia, mereka menyambut Yesus apa adanya.
Coba bandingkan ketika kita menyambut seorang pemimpin dalam dunia.
Tentu ada persiapan yang luar biasa, mulai dari kebersihan dan sterillisasi lokasi, keamanan, hiasan – hiasan untuk memperindah pemandangan pasti kita pikirkan dan sediakan.
Begitu juga dengan kendaraan yang digunakan, pastilah kendaraan yang mewah dan aman dalam segala hal, jalan yang dilalui harus bebas dari berbagai macam gangguan.
Kita mencurahkan seluruh tenaga, materi dan pikiran kita ketika kita melakukan proses persiapan ini.

Melalui peristiwa ini, kita melihat bahwa Yesus adalah seorang yang penuh kerendahan hati, Dia benar – benar mengosongkan diri-Nya dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia Dia mau taat sampai mati bahkan sampai mati di kayu salib (bdk. Flp 2:6-8)

Dalam perjalanan hidup kita, apakah kita sudah menyambut Yesus secara layak ?
Apakah kita sudah mempersiapkan hati kita dengan sungguh – sungguh ketika kita hendak menyambut-Nya ?
Seringkali kita melakukan penyambutan ini hanya sebagai formalitas saja atau secara rutinitas saja, tanpa makna.

Mulai hari ini, marilah kita mau menyambut-Nya dengan penghayatan yang benar, dengan mempersiapkan suasana hati, supaya kita benar – benar menjaga hati kita, karena hati ini menentukan banyak hal, kalau hati kita bersih maka pikiran dan langkah – langkah kita juga bersih. Maka memasuki pekan suci ini, kita hendak kembali merenungkan bagaimana pengorbanan-Nya untuk menebus dosa – dosa kita semua, dan melalui kebangkitan-Nya kita semua dibebaskan dari perhambaan dosa, kuasa maut sudah dipatahkan, kita menjadi manusia yang merdeka serta menerima segala yang baik dari Dia untuk melakukan perkara yang besar bagi Dia.

Dia sudah mempersembahkan diri dengan wafat di kayu salib bagi kita, maka apakah kita juga sudah mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan ketika menyambut-Nya dalam hidup kita sehari – hari ?
Read More ..

Kamis, 25 Maret 2010

Menjadi Berkat Bagi Sesama


Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu.”

Maria saat itu belum bersuami, masih bertunangan dan sudah menjadi tradisi Yahudi, walaupun mereka sudah bertunangan tetapi mereka masih belum boleh bersama-sama meskipun hanya berjalan bersama tidak diperkenankan, apalagi mengandung sebelum menikah, hukumannya saat itu adalah dirajam.
Mari kita merenungkan sejenak, bagaimana perasaan Maria saat itu, apakah Maria tidak takut dengan situasi dan kondisi karena hamil bukan saja belum menikah tetapi bukan dari Yusup tunangannya, apa kata Yusup nanti ?
Tetapi Maria tidak ada perasaan takut sama sekali karena Maria ingin menjadi berkat bagi sesama.

Bagaimana dengan kita ?
Karena kesibukan kita yang cukup tinggi, maka tanpa kita sadari hati kita tidak peka pada kebutuhan sesama. Mungkin diantara kita mudah memberi materi atau sumbangan karena memang kita memiliki, tetapi tidak mudah bagi kita untuk memberikan waktu kita bagi sesama yang membutuhkan.
Sehingga ketika kita diperhadapkan kepada mereka yang membutuhkan pendampingan, bimbingan dengan berbagai cara kita menghindar.
Untuk menjadi berkat bagi sesama dibutuhkan pengorbanan dan kesiapan untuk taat. Kita berkorban karena kita mau taat, kalau berbicara ketaatan kita tidak bicara suka dan tidak suka tetapi kita bicara tentang kaharusan.

Seandainya pada waktu itu Maria menjawab tidak mau, maka karya penyelamatan Allah tidak akan terjadi. Maria percaya apa yang terjadi bukanlah kebetulan tetapi ada rencana Tuhan untuk dia lakukan, walaupun menurut pikiran manusia saat itu tidak masuk akal, tapi Maria berani mengamini dan mengimani untuk menjadi berkat bagi sesama.

Kenapa Maria berani untuk menjadi berkat bagi sesama, apakah Maria berlebihan ? Karena Maria sangat percaya, dengan berbagi berkat maka tidak akan kekurangan (Ams 11:24 – 25). Amin
Read More ..

Rabu, 24 Maret 2010

Taat Pada Kehendak Tuhan


25 Maret 2010

Yes 7:10-14; 8:10, Luk 1 : 26 – 38

“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Kenapa Maria berani menjawab seperti itu ?
Karena Maria mengetahui kehendak Allah dan percaya pada rencana Allah maka Maria berani mengamini pada kehendak Tuhan bagi dirinya.

Persoalan pada kita adalah kita mengetahui bahwa Tuhan merencanakan yang baik, rancangan damai sejahtera dan menyediakan hari depan yang penuh harapan bagi kita. Tetapi ketika situasi dan keadaan tidak seperti yang kita harapkan, apakah kita berani mengamini dan mengimani ?
Ketika anak-anak bertumbuh tidak sesuai dengan harapan kita, apakah kita berani mengamini dan mengimani ?
Ketika kehidupan keluarga tidak seperti yang kita rencanakan, ketika pasangan hidup mulai bertingkah yang aneh, ketika menghadapi masalah dalam pekerjaan, atau masalah dengan keuangan, apakah kita berani mengamini dan mengimani seperti Maria ?

Satu hal kenapa Maria begitu percaya kepada Tuhan dan berani mengamini, karena Maria bergaul erat dengan Tuhan, sehingga Maria tahu benar apa yang Tuhan kehendaki untuk dia lakukan, Maria sangat mengetahui bahwa Tuhan turut bekerja sama untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Rm 8:28), selain itu Maria juga menyadari bahwa dia harus tunduk pada otoritas Tuhan serta membiarkan Tuhan yang memimpin seluruh kehidupannya.

Bagaimana menjalin hubungan dengan Allah ?

Yang pertama ktia harus mempunyai waktu yang khusus untuk berkomunikasi dengan Tuhan dalam doa. doa akan membawah penyadaran pada kita bahwa segala yang kita kehendaki, yang direncanakan, yang menurut kita baik belum tentu sesuai dengan kehendak Tuhan, sehingga kalau keinginan kita tidak tercapai kita tidak mudah stress, tetapi Tuhan melalui Roh Kudusnya akan membuat kita melupakannya,

Yang kedua, kita harus memiliki pengetahuan yang benar akan Tuhan yaitu melalui membaca dan mendengarkan Firman Tuhan, supaya ketika dalam pergumulan kita akan selalu ingat akan janji-janji Tuhan, sehingga kita tidak mudah goyah, karena kerajinan tanpa pengetahuan itu tidak baik artinya kita boleh rajin atau aktif dalam kegiatan, pelayanan tetapi kalau tidak memiliki pengetahuan yang benar akan Tuhan akan berbahaya sekali, karena ketika terjadi masalah baik dalam pelayanan atau dalam kehidupan sehari - hari, dia akan mudah goyah, tetapi sebaliknya kalau memiliki pengetahuan yang benar akan Tuhan maka badai boleh menerjang, angin ribut boleh datang tapi kita tidak akan goyah karena kita sangat mengetahui dan percaya bahwa Tuhan senantiasa menyertai kita sampai akhir jaman.

Yang ketiga, kita harus mempunyai pengalaman dengan Tuhan.
Yaitu ketika kita mengalami masa-masa yang sukar, kita tetap bergantung penuh pada Tuhan. Dengan demikian kita akan memiliki kesadaran bahwa Tuhan begitu baik, pertolongan-Nya tepat pada waktunya dan Dia tidak pernah mengecewakan kita. Sehingga kita akan dapat melihat kemuliaan Tuhan seperti yang dikatakan Ayub “tadinya aku mengenal Tuhan dari apa kata orang tetapi sekarang mataku sendiri memandang kemuliaan-Nya”. Dengan memiliki pengetahuan yang benar akan Tuhan, maka kita tidak akan bingung atau bimbang ketika memutuskan suatu perkara dalam hidup, meskipun kenyataannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, kita tetap percaya dan mengijinkan Tuhan yang memimpin seluruh kehidupan kita maka kemenangan demi kemenangan yang akan kita raih.

Dengan memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan maka kita akan memiliki keberanian untuk mentaati kehendak Tuhan, seperti yang terjadi dalam diri Maria maka mujijat-Nya nyata dalam hidup kita. Amin
Read More ..

Tidak Berprasangka Buruk


Kita seringkali cepat berprasangka buruk kepada orang lain, melalui sikap atau perkataan orang lain.
Dan ini dapat mengakibatkan kita menjadi sakit hati, kecewa dan ada pemberontakan dari diri kita, sehingga sikap kita juga dapat menyakitinya.

Hal inilah yang menimbulkan kesalahpahaman antara satu dengan yang lain, yang membuat suasana menjadi tegang dan tidak nyaman. Lalu apa yang harus kita lakukan ketika kita menerima sikap atau perkataan yang tidak sesuai dengan harapan atau pendapat kita ?

Yang pertama – tama hendaklah kita menanggapi segala sesuatu tidak berdasarkan perasaan atau apa yang ada di-pikiran kita dengan spontan, tetapi sebaiknya kita menenangkan diri untuk menjernihkan hati dan pikiran agar kita memperoleh hikmat-Nya.

Lakukan komunikasi kalau ada hal – hal yang belum jelas atau yang tidak sependapat, karena seringkali manusia berpikir bahwa orang tersebut mengetahui apa yang kita pikirkan dan inilah yang menimbulkan kesalah pahaman. Tidak ada satupun manusia yang dapat mengetahui apa yang ada di hati dan pikiran orang lain yang sebenarnya.

Mohon bimbingan Tuhan untuk mempersatukan pendapat, untuk melihat kebaikan dibalik sikapnya itu.

Mari, kita semua pasti mau kan hidup damai sejahtera, oleh karena itu mulailah dari diri SAYA untuk tidak berprasangka buruk dan selalu melihat hal – hal yang positif dari diri orang lain. Seperti ketika Yesus diperhadapkan kepada perempuan yang berbuat zinah, Yesus tidak menghakimi bahkan tidak menghukumnya, hanya satu pesan-Nya “pergilah dan jangan berbuat dosa lagi.”. Amin.
Read More ..

Senin, 22 Maret 2010

Mengambil Keputusan


Manusia selalu melihat apa yang dilihat oleh mata.
Manusia seakan – akan tahu apa yang akan terjadi melalui kenyataan yang ada.
Sehingga keputusan – keputusan yang diambil berdasarkan emosi atau perasaan.

Sebenarnya bagaimana keadaan kita saat ini adalah hasil dari keputusan – keputusan yang kita ambil pada hari – hari yang lalu. Oleh karena itu keputusan tidak dapat diambil dengan gegabah, atau secara spontan karena akan mempengaruhi langkah – langkah kita selanjutnya. Perlu pertimbangan yang benar serta keterbukan hati dan pikiran untuk mampu memandang ke depan, agar keputusan yang diambil tidak salah.

Maka itu perlu sekali sikap hening, untuk berkomunikasi dengan Tuhan supaya kita tahu apa yang Tuhan kehendaki untuk hidup kita. Sebagai orang percaya, ketika kita memutuskan untuk mengikuti Dia, maka kita juga harus mengambil keputusan lagi tetap percaya pada-Nya dalam segala situasi dan kondisi. Karena sudut pandang Tuhan tidak sama dengan manusia, seringkali kita terjatuh pada hal – hal yang kita pandang secara manusia yang serba terbatas ini. Marilah kita meneladani Abraham, ketika Firman Tuhan menghampirinya & mengatakan bahwa “dia akan mempunyai keturunan seperti bintang di langit” pada saat itu Abraham usianya yang sudah sangat tua kl. 100 th. dan tubuhnya juga sudah lemah bahkan istrinya Sarah dikatakan sudah mati haid, tetapi terhadap janji Tuhan Abraham tidak pernah bimbang bahkan imannya semakin diperkuat dan dia memuliakan Allah. Tuhan mampu mengubah segala sesuatu dari yang tidak mungkin menjadi mungkin. Amin
Read More ..

Minggu, 07 Maret 2010

Ketulusan Hati



8 Maret 2010

2 Raj 5 : 1 – 15a ; Luk 4 : 24 – 30

Yesus selalu berkata dengan terbuka dan ketulusan hati, tidak ada yang disembunyikan dengan jelas Yesus mengatakan bahwa sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya, juga pada jaman Elia banyak janda di Israel, tapi Tuhan mengutus Elia kepada janda di Sarfat ketika bahaya kelaparan yang hebat terjadi di seluruh negeri, begitu juga pada jaman Nabi Elisa juga demikian banyak orang kusta di Israel, tetapi hanya satu orang yang ditahirkan yaitu Naaman Kejujuran dan keterbukaan Yesus membuat mereka yang mendengarkan menjadi marah dan akan menyingkirkan-Nya.

Memang seringkali kejujuran, keterbukaan ataupun ketulusan tidak dapat diterima dengan sukacita atau penuh pengertian, kenapa hal ini dapat terjadi ?
Karena sejak kejatuhan manusia pertama dalam dosa, manusia selalu melihat dirinya sendiri, dan selalu melihat hal – hal yang negative dari diri orang lain. Sehingga ketika menghadapi kenyataan tentang dirinya yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, dia mulai berontak, jengkel bahkan sakit hati dan melalui pemikirannya sendiri mulai merencanakan bagaimana menyelamatkan dirinya dengan kekuatannya sendiri.

Injil hari ini membawa kita pada satu keterbukaan hati untuk :

1. Menyadari bahwa setiap manusia tidak ada yang sempurna.
Karena tidak ada manusia yang sempurna, maka sebagai manusia kita dapat saja berbuat salah, lalai dsb. dengan menyadari ini maka ketika kita mendapat kritikan dari orang lain, kita tidak akan marah atau tersinggung.

2. Mau menerima nasehat orang lain
Dengan menyadari bahwa kita penuh keterbatasan dan kelemahan, maka kita akan dengan sukacita menerima nasehat dari orang lain, karena Tuhan dapat bekerja melalui siapa saja untuk kebaikan kita.

3. Selalu belajar dan berlajar
Bahwa hidup ini adalah satu kegerakan maka agar kita tidak jalan di tempat, kita perlu belajar untuk mengembangkan talenta yang Tuhan percayakan kepada kita agar menjadi berkat bagi banyak orang.

Bapa yang Maha Rahim, Engkau menciptakan manusia dengan tujuan yang baik, oleh karena itu kami mohon bantuan rahmat-Mu agar kami senantiasa memperbaiki hidup kami semakin hari semakin menyenangkan-Mu. Amin
Read More ..

Selasa, 02 Maret 2010

Ada Harga Yang Harus Dibayar



03 Maret 2010

Yer 18 : 18 – 20 ; Mat 20 : 17 – 28

Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda ketika memutuskan untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Ada yang karena pasangan hidupnya, ada yang karena sembuh dari penyakit atau mengalami kesuksesan, ada yang karena mengalami pergumulan, ada juga agar terbebas dari masalah atau tantangan hidup bahkan supaya diberkati. Orang – orang yang seperti ini memiliki motivasi yang salah dalam hal mengikuti Yesus, mereka mengira mengikuti Yesus itu enak, tidak ada masalah, banyak mujijat dst. Seperti yang dialami oleh ibu anak – anak Zebedeus yang berkata kepada Yesus agar memerintahkan supaya kelak anak – anak nya duduk dalam kerajaan-Nya yang satu di sebelah kanan-Nya dan yang satu di sebelah kiri-Nya.

Ada ungkapan yang mengatakan bahwa untuk percaya, menerima dan mengikuti Yesus itu gratis, tetapi untuk melayani Dia ada harga yang harus dibayar. Oleh karena itu Yesus menegaskan bahwa Dia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani, bahkan untuk memberikan nyawa-Nya bagi tebusan banyak orang. Jelas disini Yesus tidak menjanjikan kenyamanan secara dunia tetapi Yesus menawarkan salib kesengsaraan yaitu menjadi yang terkecil, menjadi pelayan bahkan harus menyerahkan nyawanya artinya ada harga yang harus dibayar.

Bagaimana kita menerapkannya, yaitu hendaklah kita selalu hidup dalam keadilan, memihak yang benar, berani mengatakan dan hidup dalam kebenaran. Untuk itu kita harus menyangkal diri, agar kita tidak mudah kompromi dengan dunia ini, memang kita hidup dalam dunia tetapi gaya hidup kita harus berbeda dari dunia supaya dapat menjadi terang dan garam dunia. Selanjutnya kita harus melepaskan diri dari segala yang kita miliki, bukan berarti kita berhenti bekerja atau menjual segala yang kita miliki, tidak seperti itu, tetapi maksudnya adalah apa yang kita miliki saat ini sebenarnya adalah dari Tuhan, jadi bukan milik kita 100%, dan Tuhan mau setiap kita dapat menjadi saluran berkat bagi sesama, bukan untuk kita nikmati sendiri sampai kalau hilang atau habis kita menjadi stress. Mari kita yang sudah percaya kepada-Nya, mau terlibat dalam karya keselamatan-Nya tanpa melihat kekurangan atau kelemahan diri kita sendiri, karena Tuhan sendiri yang mengutus kita maka Dia pasti akan menyempurnakan keterbatasan kita, bagian kita adalah sungguh – sungguh berkata ya pada Tuhan dan melakukan dengan tulus penuh kesadaran bahwa kita adalah hamba yang tidak berguna yang melakukan apa yang harus kita hanya melakukan apa yang kita harus lakukan. Amin
Read More ..

Senin, 01 Maret 2010

Memberi Teladan


02 Maret 2010

Yes 1:10,16-20 ; Mat 23 : 1-12

Para ahli Taurat dan orang Farisi memberikan pengajaran yang bagus, tetapi mereka tidak melakukannya. Oleh karena itu Tuhan berkata kepada orang banyak dan para murid-Nya untuk melakukan apa yang mereka ajarkan tetapi jangan menuruti apa yang dilakukannya karena mereka mengikat beban-beban berat dan meletakkan pada bahu orang,

Dalam hidup sehari – hari, sebagai manusia mudah untuk menasehati atau memberitahu kepada sesama, tetapi seringkali kita tidak atau belum dapat melakukannya. Dalam dunia kerja juga demikian, sudah menjadi hukum dunia kalau seorang pemimpin atau pemilik perusahaan selalu memberi perintah kepada karyawan atau bawahanya dengan tidak memikirkan atau melihat situasi dan kondisi mereka, para pemimpin dan penguasa dunia selalu menganggap bawahannya atau karyawannya adalah pelayan mereka, sehinga mereka dapat diperlakukan menurut keinginannya.

Hari ini Injil mewartakan bahwa dalam Kristus hukum yang digunakan berbeda dengan hukum dunia. Kesaksian atau pengajaran tidak hanya diberikan melalui kata – kata saja, tetapi juga melalui sikap dan tingkah laku kita, supaya dunia dapat menerima kita, dan dunia akan tahu bahwa Kristus ada dalam kita sehingga dengan demikian dunia dapat menerima Dia. Begitu juga seorang pemimpin dalam Kristus, Tuhan katakan “Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan” artinya, seorang pemimpin menurut Kristus adalah seorang pelayan, mau melayani.

Bagaimana kita dapat memberi teladan :
1. Senantiasa menjaga kesucian diri (bdk Yes 1:16)
Yaitu senantiasa berusaha menjaga sikap dan kata-kata yang diucapkan.
Jangan menjadi batu sandungan.

2. Kerendahan hati
Dapat menerima kelebihan orang lain.
Tidak mencari pujian.
Selalu mendahulukan kepentingan orang lain.
Tidak menilai diri lebih baik atau lebih benar.

3. Sabar dalam penderitaan
Tidak mudah putus asa, selalu tekun dalam doa.
Tidak mencari kesalahan orang lain.

Mari kita senantiasa berusaha untuk hidup benar, dan dapat menjadi teladan bagi mereka yang sesat atau belum mengenal Dia, bersama Tuhan melalui Roh Kudus yang akan memampukan kita. Amin
Read More ..