Rabu, 09 Juni 2010

Iman Yang Terlihat


1 Raj 18 : 41 – 46 ; Mat 5 : 20 – 26

10 Juni 2010

Pada dasarnya orang Farisi dan ahli Taurat adalah tokoh – tokoh agama yang taat terhadap berbagai peraturan keagamaan. Setiap hari mereka berada di Bait Allah dan berdoa. Namun, ketaatan mereka tidak sama dengan perbuatan mereka. Mereka rajin berdoa tetapi hati mereka jauh dari kebaikan, mereka selalu memandang rendah orang lain. Iman mereka tidak terlihat dalam perbuatan dan sikap hidupnya. Setiap hari mereka memberikan persembahan kepada Tuhan tetapi hati mereka diliputi dendam dan iri hati kepada orang lain.

Iman seharusnya dapat terlihat karena iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati. Oleh karena itu iman dapat terlihat melalui perbuatan kita. Hendaklah hidup kita diwarnai kesetiaan dalam menghayati iman secara sungguh – sungguh dalam kehidupan sehari – hari. Di dalam situasi yang sulit sekalipun kita tetap setia hadir di hadapan Tuhan dan mewartakan iman itu melalui sikap dan tingkah laku kita yang menunjukkan kasih kepada sesama. Karena iman bukanlah sesuatu yang tidak nyata atau iman itu hanya ada di hati dan pikiran kita, tetapi justru melalui masa – masa sulit dan kesukaran atau pergumulan kesetiaan kita diuji apakah kita tetap memperlihatkan iman kita ?

Hanya orang yang setia yang akan memiliki iman, meskipun menerima ketidak adilan tetapi tetap mau menghargai orang lain, mau mencintai dan tetap bertanggung jawab baik dalam keluarga, pekerjaan maupun dalam pelayanan. Marilah kita mohon rahmat dari Tuhan agar melalui Roh Kudus-Nya akan memberikan anugerah kepada kita kemampuan untuk memilik iman yang teguh di dalam DIA. Amin.
Read More ..

Minggu, 06 Juni 2010

Kebahagiaan Sejati


1 Raj 17 : 1 – 6 ; Mat 5 : 1 – 12

07 Juni 2010

Manusia selalu menginginkan kebahagiaan di dalam hidupnya, namun seringkali manusia mencari kebahagiaan menurut kehendaknya sendiri, sehingga kebahagiaan tersebut tidak tahan lama. Lalu bagaimana kita mendapat kebahagiaan yang sejati itu ?
Kebahagiaan sejati bukan terletak pada hal – hal duniawi yang bersifat sementara. Oleh karena itu kebahagiaan sejati bukan tergantung dari apa yang kita miliki, bukan juga bagaimana posisi kita saat ini, dan bukan juga ketika apa yang menjadi kehendak kita tercapai.

Hari ini, Injil mengajak kita untuk masuk dalam kebahagiaan sejati yang menurut kehendak Bapa. Karena kebahagiaan sejati terletak pada Rahmat Tuhan dan kemampuan seseorang untuk bersatu sepenuhnya dengan Tuhan dan memasrahkan diri pada-Nya baik dalam susah maupun dalam suka. Dalam hal ini kebahagiaan terletak pada kerelaan untuk mengandalkan Tuhan, bersikap lembut pada sesame, selalu mencari kebenaran, murah hati, suci hati dan hidup dalam kedamaian walau harus menghadapi kesulitan karena melakukan kehendak Tuhan.

Kebahagiaan sejati yang Yesus tawarkan mungkin tidak mudah untuk kita lakukan. Namun marilah kita menyadari bahwa kebahagian yang dari Tuhan itu sifatnya kekal, sehingga tidak terpengaruh situasi dan kondisi kita. Melalui rasa syukur dan menyukai apa yang ada pada kita saat ini, maka kita akan sungguh – sungguh merasakan kebahagiaan itu, karena Tuhan senantiasa memberikan kebahagiaan itu kepada umat manusia. Untuk itu diperlukan kerendahan hati dan kesederhanaan agar dapat menerima kenyataan yang ada dengan penuh sukacita dengan demikian kita akan menjadi pembawa damai.
Read More ..